14 Agustus 2014

Senangnya Mudik

Belum cerita mudik kemarin nih. Yang pasti saat mudik kemarin itu bertepatan saat Rizma suka kegiatan jalan kaki. Selamat untuk bunda dan papahnya yang ganti shift mengawasi bocah nan cerdas itu.

St. Pasar Senen-KA Krakatau
Kami berangkat dari stasiun Pasar Senen, udah lama banget ngga kesini, berasa jauh berbeda suasananya dan memang saya jarang sekali mudik dari stasiun Pasar Senen. Begitu masuk area stasiun, ada spanduk besar bertuliskan:
"Selamat mudik, Jakarta sudah penuh, lebih baik ramai-ramai membangun desa"
Bagus banget ya tulisannya, bahasanya halus. Fasilitasnya memadai, cuma pas kemarin sayang banget air di toilet macet. Beuh, bisa bayangin dong gimana rasanya harus keluar stasiun nyari toilet umum dengan fasilitas seadanya karena udah kepepet. Perlu diperbaiki nih pelayanannya. Disaat ramai seperti masa mudik ini malah ada kerusakan dan ngga cepat dibetulkan petugas.

Di stasiun tak hentinya jalan kesana kemari. Kebetulan jam berangkatnya siang. Jadi sampai stasiun jam main-nya Rizma. Alhasil ngga bisa diem nyamperin apa aja yang dia minati. Hihihi...

Pas udah deket jam keberangkatan, penumpang pun check in dan boleh menunggu di dalam stasiun sesuai kereta yang akan digunakan. Nah disanalah Rizma jalan-jalan terus ke arah rel kereta dan hampir selalu menangis kalau dicegah biar ngga terlalu deket rel. Terus pas kereta lain meninggalkan stasiun, tau-tau dia nangis. Mungkin dikiranya bakal ketinggalan kereta kali ya :))
Perjalanan berakhir dini hari di Stasiun Madiun. Yangti, yangkung dan aunty sudah menanti kedatangan kami dari lama karena telatnya kereta. Terpancar kebahagiaan yang amat sangat pada wajah yangkung dan yangti karena dini hari itu dapat melihat kembali cucudan memeluknya dengan puas. Sampai rumah, kamar udah disiapin dengan berbagai mainan. Ah, sudah setahun kami ngga mudik kesana.

Ponorogo, disana acaranya kuliner. Maklum, makanannya enak-enak. Ada sate gule, sego pecel, sate ponorogo di gang sate, yang semuanya bikin kangen pas lagi jauh. Alhamdulillah rumah disana deket sama alun-alun kota, jadi kemana-mana deket.

Satu kegiatan yang tak boleh tergeser jadwalnya, silaturahmi ke buyutnya Rizma. Satu-satunya buyut yang sampai sekarang masih sehat dan bisa kami cium tangannya. Meskipun kadang-kadang linglung, tetap saja beliau selalu membuat kami kagum dengan semangatnya yang tak pernah merasa dirinya lemah tak berdaya. Bahkan masih sering berjualan kembang di pasar meski sudah dilarang anak-anaknya. 

muter kota dari alun-alun Ponorogo :)
Tegal, pp 5 desa 5ribu saja :)))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.