08 Oktober 2015

TB pada Anak (Part II)

Part I-nya disini ya...

21 September 2015

Hari dimulainya pengobatan rutin TB dengan dua butir obat yang agak pahit dan dilarutkan ke dalam air (obatnya segede entrostop). Hari pertama sih dilarutkan di gelas, begitu diminum jadi 4 sendok makan. Sendok pertama sampai ketiga lancar, begitu keempat drama dan berakhir dengan paksaan. Hari selanjutnya langsung dilarutkan ke dalam air di sendok makan. Bayangin aja ya, dua obat jadi satu sendok, kentalnya masya Alloh. Setiap hari drama, ada kalanya tanpa paksaan (diawali dengan lari-larian dan bujukan hingga setengah jam saya memegang sendoknya) ada kalanya akhirnya dipaksa minum obat.
Sedih... Maafkan ya, nak.

Tapi lucunya, setelah drama, Rizma ceria-ceria saja dan bercerita "habis minum obat." LOL
Lucunya lagi, kalau saya dan suami sudah berangkat, Rizma meminta minum obat ke si teteh. Masya Alloh, bikin geli deh!

25 September 2015 sore

Sore itu tetiba saya galau segalau-galaunya. Namanya seorang ibu, pasti pengin yang terbaik buat anaknya. Karena kasus TB pada anak saya, saya jadi kangen dengan dr Tiwi dan dr Waldi. Kenapa? Karena merasa ngga sreg dengan dr Siti. Jadi, selama dua setengah tahun ini, dsa (dokter spesialis anak) Rizma itu ada 3: dr tiwi, dr Waldi, dan dr Siti. Ketiganya bagus kok. Cuma yang namanya diagnosa pasti berbeda-beda antara satu dokter dn dokter lainnya ya. Nah kali ini saya sebagai dokter utama Rizma (hehe...) sedang tidak sejalan pikiran dengan diagnosa dr Siti di Premier Bintaro. Saya memang bukan dokter betulan, tapi rasanya kalau hati belum tenang setelah dari satu dokter, saya akan berusaha mencari second bahkan third opinion. Sayangnya saya telat satu minggu (lima hari tepatnya). Karena memang awal pekan ini saya banyak sekali tugas kuliah *alesan.

Sejam lebih saya browsing tentang TB, berikut beberapa hasilnya:

1. milissehat
Infeksi TB: Infeksi pada orang yang terpapar Mycrobacterium Tubercolosis tanpa adanya gejala penyakit. Disebut juga infeksi laten TB
 

2. Forum TUM

TB itu merupakan sesuatu yang sangat serius. Jika terdeteksi harus diobati dengan benar, jika tidak yakin dengan 1 dsa, segera cari second opinion ke dsa lain (lebih baik ke yang subspesialisnya pulmonologi/respirologi). Penyakit ini bisa sembuh jika diobati dengan benar. JIka merasa di keluarga tidak ada orang dewasa yg TB, cobalah untuk dipastikan lagi dengan diperiksa (jangan lupa pengasuh dan ART yang ada di rumah juga diperiksa). Jika tidak diobati dengan benar, TB bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan.


3. Notes

Tanda-tanda anak terkena TB:

1. Keringat malam, meski suhu tidak panas.
2. Pembesaran kelenjar di leher (tepatnya di belakang di atas tengkuk, biasanya ada benjolan)
3. Kurus dan sulit makan
4. Sering batuk tanpa sebab
5. Sakit dan demam lama serta berulang

Dari feeling saya dan juga suami sama-sama yakin bahwa Rizma sehat. Akhirnya kami memutuskan untuk ke dr Tiwi hari itu juga. Karena betul sekali bahwa second opinion is A MUST!!! itu hak sebagai pasien.

Kami bertiga ke rumah dr Tiwi sepulang kerja (belum jam 7 malam) dan dapat antrean 36. Saat itu baru belasan. Yasudah ngga apa yang penting ketemu dr. Tiwi dan mau tahu diagnosa beliau.

Singkat cerita, tiba saatnya Rizma dipanggil (hampir setengah sepuluh malam), kedua dari bawah antreannya. Ohiya kami sholat isya di perkampungan samping kompleks rumahnya dr. Tiwi, tips kalau kesini lebih baik kalau memang ada waktu, daftarlah di pagi atau siang hari, biar dapat nomor antrean muda. Jadi ngga usah sedih kalau datang waktu sholat karena harus sholat di pos satpam ataupun di ujung komppleks dan berjalan kaki ke perkampungannya.

Kembali ke penggilan atas nama Rizma. Seperti biasa, dr Tiwi menyapa dengan wajah sumringah,
"Halo Rizma, kenapa Rizma?"
Sudah dari awal saya mau konsultasi dulu soal tumbuh kembangnya sebelum akhirnya cerita Rizma didiagnosa TB.

Setelah konsultasi, saya cerita panjang tentang asal usul kenapa Rizma TB sembari menunjukkan hasil tes ini itu. Setelah melihat hasil cek darah, roontgen, dan benjolan di tangan kanan Rizma, dr Tiwi bilang
"Anak ibu sehat bu, siapa bu yang bilang TB? Ini ya bu, jadi hasilnya itu bukan positif TB bu. Kalau memang tes mantoux kedua diameter 18 mm ya itu pasti bu, karena ini ulangan. Namanya diulang pasti lebih gede hasilnya, karena tubuhnya udah kenal. Udah itu obatnya ngga usah dilanjutkan. Kalau mau gemuk, ni ya bu ... bla... bla... bla..."
Intinya Rizma itu sehat, diagnosa TB itu ngga hanya dilihat dari berat badan aja. Masalah berat badan, perbaiki komposisi dalam makanannya. Banyakin dagingnya! Sama santan! Minyak juga boleh. Yang ngga boleh kebanyakan minyak mah ibunya. LOL

Okey malam itu saya sangat terharu karena Rizma dinyatakan sehat. Emang iya ya hasil tes darah juga bagus, anak juga banyak makan. Ngga ada lemes atau ngga nafsu makan seperti tanda pada anak yang terkena TB.

Udah adzan, kalau senggang saya lanjutkan lagi dikit yaa

post signature

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.