12 April 2018

Berbagi dan Melayani


Tulisan oleh  Ibu Septi Peni Wulandani, via Telegram 8 Maret 2018
____________________________________________________________


Dua hal yang menjadi prinsip berkomunitas: Berbagi dan Melayani. Saat kita bergabung di dalam sebuah komunitas, pertanyaan yang pertama harus kita sampaikan kepada diri sendiri adalah :


"Apa yang bisa saya kontribusikan di komunitas ini?"  (pertanyaan pertama)

bukan

"Apa yang bisa saya dapatkan di komunitas ini?" (pertanyaan kedua)

Dua pertanyaan tersebut akan memberikan reaksi yang berbeda. Pertanyaan pertama akan memberikan reaksi berbagi dan melayani di komunitas. Sedangkan pertanyaan kedua akan memberikan reaksi menuntut komunitas.

Prinsip dari Berbagi dan Melayani adalah :

  • Mulailah dari dalam diri kita sendiri
Kira-kira apa yang membuat anda bahagia dalam hidup ini? Berbagilah kebahagiaan tersebut ke komunitas.


Misal kebahagiaan hidup anda adalah dengan kegiatan memasak, maka anda usul untuk membuka kelas memasak Ibu Profesional di rumah anda, dan jadilah kelas belajar memasak Ibu Profesional.

  • Belajar komitmen dan konsisten dalam menjalankan kebahagiaan tersebut
Misal : membangun komitmen tinggi bahwa setiap hari sabtu, pukul 10.00-12.00 WIB kita akan membuka kelas memasak di rumah kita. Ada tidak ada teman pasti kelas tersebut tetap ada, karena kita sudah berkomitmen belajar dan menambah jam terbang diri kita sendiri di bidang memasak setiap sabtu tersebut. 
  • Tidak membahagiakan banyak orang
Jangan pernah berbagi diawali dengan niat ingin membahagiakan banyak orang, nanti akan jadi berat dan akan membuat kita kecewa.


Berbagilah karena anda ingin bahagia, ketika banyak orang yang bergabung dan ternyata mereka juga ikut bahagia, itu bonus dari sebuah komitmen yang sudah kita bangun.

  • Jika tidak dapat berbagi, ambil peran melayani
Apabila kita tidak punya sesuatu yang bisa untuk berbagi, segera ambil peran melayani orang-orang yang ingin mendapatkan kebahagiaan tersebut, melayani mereka yang ingin belajar, melayani mereka yang ingin memantaskan diri dan meningkatkan kemuliaan. Dengan cara itu kita akan bahagia.


Apa sebenarnya efek yang akan kita dapatkan apabila kita bisa menjalankan kegiatan BERBAGI dan MELAYANI ?


"kita akan memiliki kebahagiaan tingkat tinggi" 

yaitu MEANINGFUL LIFE


Hidup bermakna, sebuah tingkatan hidup dimana kita muncul perasaan bahagia di saat mampu memberikan makna bagi orang lain dan lingkungan. 



Kalau dilihat dari segi science, dalam buku "Meet Your Happy Chemical", Loretta Graziano menuliskan bahwa dengan berbagi dan melayani akan meningkatkan aktivitas hormon oksitosin kita. Hormon ini adalah hormon cinta yang akan keluar disaat kita melakukan kebaikan pada orang lain. Bahkan, menyaksikan orang yang berbuat kebaikan pada orang lain saja bisamembangkitkan hormon ini.


Berbagi dan  membantu orang lain adalah cara ampuh untuk membantu diri sendiri.



Secara fitrah tubuh kita pun mendukung kita untuk berbahagia.

Berbagi dan melayani itu bukan urusan membahagiakan orang lain, melainkan urusan kebahagiaan diri kita.

Kita melakukannya karena kita memang bahagia.


Sehingga jangan pernah mengajak orang lain, karena kita tidak akan menebar virus, nanti yang kita temui anti virus. Tapi silakan menebar benih kebaikan sebanyak-banyaknya, dan biarkan benih tersebut tumbuh sesuai dengan fitrahnya masing-masing.

Lalu, bagaimana bila tiba-tiba bosan kemudian malas?

Kebahagiaan itu membuat ketagihan, dan melahirkan kebahagiaan berikutnya. Kalau sampai bosan dan malas, berarti kita belum bahagia melakukannya.


Bahagia itu perlu hati dan pola pikir yang benar. Jadi orang yg bahagia bukanlah orang yang kehidupannya selalu baik, tetapi ia adalah orang yang selalu bisa merespon segala hal di kehidupannya dengan baik.

Kemudian, Apakah keinginan "berbagi dan melayani" ini juga merupakan bagian dari karakter bawaan, atau bisa dilatih? Apakah artinya orang yang egois selalu ingin dilayani memang karakter atau karena tidak pernah dilatih sedari kecil?"

Menurut Bu Septi, berbagi dan melayani adalah karakter dasar manusia yang ingin bahagia. Sehingga ketika belum.muncul, artinya memang belum ingin bahagia.

Buatlah mindset tentang kegagalan:

There is NO failure, only wrong result, so we have to CHANGE our strategy.

Pasti kita tidak akan pernah merasa terpuruk ketika gagal. Bahkan dalam hidup Bu Septi, beliau menerapkan kuota gagal. Sehingga ketika gagal bisa bangkit lagi dengan cepat.

Ada ungkapan:

"Hanya orang yang sudah selesai dengan dirinya, yang bisa bermanfaat bagi banyak orang"

Orang yang sudah selesai bagi Bu Septi adalah orang yang bisa "bersyukur tanpa batas"

Orang yang punya mimpi besar, kemudian tidak menggengamnya, melainkan menyerahkan mimpi sepenuhnya ke Allah, dan menerima apapun yang Allah berikan pada diri kita.

Closing Statement:


Di dalam kehidupan ini tidak ada rumus "take and give" yang ada adalah "give and given" berbagilah maka kita akan diberi oleh Dia yang Maha Memberi.


"Barangsiapa yang keinginannya hanya kehidupan akhirat maka Allah akan memberi rasa cukup dalam hatinya, menyatukan urusannya yang berserakan dan dunia datang kepadanya tanpa dia cari, dan barangsiapa yang keinginannya hanya kehidupan dunia maka Allah akan jadikan kemiskinan selalu membayang-bayangi di antara kedua matanya, mencerai beraikan urusannya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditentukan baginya."

Jadi.. Jangan lupa bahagia

___________________

Sumber Bacaan:


Ibu Profesional, Berbagi dan Melayani, instagram, 2018

Loretta Graziano, Meet Your Happy Chemical, 2010

___________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah membaca postingan ini :) silakan tinggalkan jejak di sini. Maaf ya, spam&backlink otomatis terhapus.